Republika melanggar kode etik jurnalistik

Pada Rabu 26 November 2014 Republika Online menerbitkan berita yang cukup menarik perhatian dengan judul "Astaghfirullah.... Artis Porno Ini akan Ajak Masyarakat Bali dan Jakarta Dugem" dengan pemilihan kata dalam link berita yang bertuliskan "selesai-baca-kitab-suci-masyarakat-bali-diajak-dugem-artis-porno".

Tampilan halaman berita Republika Online terkait


Setelah dibaca isi dari keseluruhan paragraf terlihat tidak saling nyambung dan terkesan memaksakan karena dua peristiwa yang berlainan waktu dan kepentingan digabung. Terlebih membawa nama masyarakat daerah dan ritual keagamaan yang dianut.

Berikut analisisnya dikutip dari pemberitaan asli yang diterbitkan
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Ahad kemarin (23/11), masyarakat Bali ramai-ramai mengingat Tuhan dengan membaca kitab suci Bhagavad Gita. Acara ini melibatkan lebih dari lima ribu peserta membaca kitab suci tersebut di Kabupaten Tabanan Bali.

Namun sepekan kemudian, pada akhir November, Bali akan digemparkan dengan kedatangan pemeran 280 film porno, Sasha Grey. Sasha menggelar tur musik elektronik di dua kota di Indonesia yakni Jakarta dan Bali. Tur tersebut merupakan rangkaian 'Here I Am Tour' yang digelar di Asia dan Australia.

Dari dua paragraf berita diatas tampak bahwa pembacaan kitab suci terjadi pada Minggu 23 November 2014 oleh masyarakat di Kabupaten Tabanan Bali. Lalu tiba-tiba dihubungkan dengan acara musik sepekan kemudian yang digelar akhir bulan November. Dari korelasi ini jelas tidak bisa ditarik kesimpulan bahwa setelah acara pembacaan kitab suci lalu masyarakat bali diajak dugem.

Analoginya sama dengan contoh ada acara Sholawat di Jakarta lalu sepekan kemudian aktris porno Sora Aoi datang untuk memenuhi panggilan main film horror oleh salah satu rumah produksi. Atau berbagai macam acara keagamaan lain yang dikaitkan dengan kejadian non agama seolah-olah itu saling terkait untuk mendukung. Jelas ini dua kepentingan yang berbeda dan mereka tak saling terkait.

Dari pantauan saat ini, halaman berita tersebut sudah dihapus setelah menuai banyak protes yang disinyalir sebagai tindakan yang disengaja. Berikut link asli yang sudah dihapus isinya 

Model pemberitaan seperti ini tidak cocok disampaikan karena berusaha menggabungkan dua peristiwa yang berlainan terlebih menyangkut acara keagamaan. Ini adalah contoh dari pelanggaran kode etik jurnalistik.

 
 
Previous
Next Post »
Thanks for your comment